Tawaran Memanjakan Diri di Kawasan Tebet

Sabtu, 01 Desember 2007

Tawaran Memanjakan Diri
di Kawasan Tebet


Apa yang tidak ada di kawasan Tebet? Bank, asuransi, showroom mobil, sekolah serta kampus, klinik hingga rumah sakit, kuliner, ritel, movie, masjid yang terdapat di setiap RW, fashion/distro, salon/spa, rumah produksi, hingga apartemen: semua itu dengan mudah kita jumpai di Tebet. Mau wisata belanja, wisata kuliner, hingga wisata kesehatan, semua ada. ''Pendek kata, kalau mau memanjakan diri, datanglah ke Tebet,'' kata praktisi komunikasi Isyak Stamboel kepada Republika.

Ya, kawasan Tebet terkini telah berkembang pesat, semakin padat dan semakin berkelas. ''Lokasinya yang strategis karena dekat dengan central business district (CBD), seperti kawasan Kuningan dan kawasan Sudirman dan keberadaan berbagai fasilitas yang mendukung gaya hidup modern, membuat Tebet mekar menjadi pusat tongkrongan anak muda, kalangan kantoran, dan berkumpulnya komunitas tertentu,'' ujar Roberto Gani, General Manager Sales and Marketing The Lavande Residences, proyek apartemen yang dirancang menjadi ikon gedung tertinggi di Tebet.

Kalau kita menoleh ke belakang, tepatnya tahun 1970, Tebet (Jakarta Selatan) merupakan tempat relokasi warga Senayan yang digusur untuk proyek kawasan olahraga. ''Sejak 1970-an, Tebet merupakan tempat hunian kaum elit dan priyayi,'' tutur Roberto Gani. Hal itu pun diakui Isyak Stamboel. ''Sejak 1970-an, Tebet berubah menjadi kawasan hunian kelas menengah yang ekonominya terus berkembang,'' ujarnya.

Sejak terjadi krisis moneter tahun 1998, banyak perusahaan yang semula menyewa kantor di kawasan segitiga emas Sudirman, Thamrin dan Kuningan, memilih berkantor di kawasan Tebet. Awalnya mereka menyewa rumah-rumah warga, namun kemudian banyak perusahaan yang membangun gedung kantor sendiri.

''Dalam waktu kurang 10 tahun, wajah Tebet berubah sangat cepat menjadi kawasan yang padat, berkelas, dan lengkap dengan berbagai fasilitas untuk memenuhi gaya hidup modern,'' tandas Isyak Stamboel. Namun, pertumbuhan dan perkembangan yang begitu cepat bukan tanpa dampak. Salah satunya adalah makin mahalnya harga tanah dan rumah di Tebet.

Hunian menjadi barang yang makin mahal. ''Harga tanah dan rumah di Tebet melejit sangat cepat. Harga tanah bervariasi dari Rp 1,5 juta sampai Rp 4 juta per meter persegi. Saat ini harga rumah seluas 200 m2 tak kurang dari Rp 1,5 miliar,'' ungkap Roberto Gani. Meskipun demikian, masih ada lahan di Tebet, tapi hanya sedikit dan harganya pun sangat mahal. Karena itu pembangunan hunian cenderung ke atas (apartemen).

Peluang itulah yang dibidik PT Intersatria Budi Karya Pratama dengan membangun Apartemen The Lavande Residences di Jalan Supomo (samping Universitas Sahid), dan menjadi apartemen pertama yang dibangun di Jalan Supomo. Apartemen The Lavande terdiri dari dua Tower, masing-masing setinggi 23 dan 30 lantai apartemen tertinggi di kawasan Tebet mencakup 727 unit apartemen.

Proses pembangunan telah dimulai September 2007 dan akan diserahterimakan bertahap mulai Oktober 2007. Apartemen yang dibangun di atas lahan 1,5 ha itu dijual dengan harga antara Rp 450 juta sampai Rp 500 juta. ''Untuk kawasan Tebet, apartemen seharga Rp 450 juta sampai Rp 500 juta masih terjangkau (affordable), terutama mereka yang masuk kelas B+,'' kata Budi Yanto Lusli, CEO PT Intersatria Budi Karya Pratama.

''Lavande berupaya memberikan kenyamanan yang prima bagi konsumennya, dengan suasana yang private, healthy, relax dan balance. Boleh dikatakan, Lavande merupakan apartemen anti stres,'' ujar Budi. Lavande dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern dan berkelas.

Isyak Stamboel menilai keberadaan Apartemen Lavande makin melengkapi Tebet sebagai kawasan yang tepat untuk memanjakan diri. ''Apartemen tersebut menambah panjang daftar fasilitas di kawasan Tebet yang bisa menjadi pilihan untuk memanjakan diri, khususnya bagi kaum perempuan,'' tuturnya.

Namun Isyak mengingatkan, pesatnya perkembangan Tebet perlu mendapatkan perhatian pemerintah daerah setempat maupun Pemprov DKI. ''Pemda harus memikirkan penataan seluruh kawasan Tebet. Jangan sampai perkembangannya yang begitu cepat tidak diimbangi oleh daya dukung yang memadai,'' tegas Isyak Stamboel.

Termasuk pembangunan daya dukung itu adalah jalan, drainase, pengolahan sampah/limbah, penghijauan, hingga pemberian tempat bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk berkembang. ''Hal itu penting, kata Isyak, agar Tebet yang kini semakin elok dan memesona, tidak berubah bentuk menjadi kawasan yang penuh kemacetan, bangunan yang tidak beraturan dan melelahkan mata saat memandang, kesenjangan dan kantong-kantong kemiskinan, serta rawan banjir,'' tandas Isyak Stamboel. irwan kelana
( )

Sumber: www.republika.co.id
Google